Selasa, 12 Januari 2021

RIWAYAT HIDUP RATU KALINYAMAT

 

RIWAYAT RATU KALINYAMAT

 







A.    Keluarga Ratu Kalinyamat Dan Lingkungannya

 

1.    Biografi Ratu Kalinyamat

 

Menurut buku Babat Tanah Jawa, Ratu Kalinyamat adalah putri

pangeran Trenggono dan cucu Raden Patah (sultan Demak yang pertama).

Dari perkawinannya dengan Putri Cina Raden Patah mempunyai enam

orang putra, yang paling tua seorang putri Ratu Mas, menikah dengan

Pangeran Cirebon. Adik-adiknya berjumlah lima orang, semuanya laki-laki,

masing-masing Pangeran Sabrang Ler (lor), Pangeran Sedo Lepen,

pangeran Trenggono , Raden Kunduran dan Raden Pamekas.

 

Setelah Raden Patah meninggal, maka tahta kerajaan digantikan

oleh anaknya yaitu Pangeran Sabrang Lor. Waktu Pangeran Sabrang Lor di

belakang hari juga meninggal, yang menggantikannya Pangeran Trenggono.

Menurut hukum yang sebenarnya yang berhak menggantikan Pangeran

Sabrang Lor tidak lain adalah Pangeran Sido Lepen, adiknya yang paling

tua. Akan tetapi oleh karena Pangeran Sedo Lepen telah meninggal, sebagai

penggantinya ditunjuk Pangeran Trenggono2 dari Pangeran Trenggono ini

sejarah asal-usul Ratu Kalinyamat diketahui. Menurut naskah yang

dikumpulkan oleh panitia penyusun hari jadi Jepara mengenai keturunan

Sultan Trenggono sebagai berikut:

 

a. Menurut R. Panji Jaya Subrata.

 

Sultan Trenggono mempunyai enam anak yang terdiri dari anak

perempuan dan empat laki-laki. Putri pertama menikah dengan Pangeran

 Langgar, Putri kedua menikah dengan Pangeran Hadirin, Putri Ratu Kembang

 tidak diketahui menikah dengan siapa, putri yang keempat

menikah dengan penguasa Pajang, sedang anak laki-lakinya yang

bernama Arya Bagus dan Raden Mas Timur tidak diketahui menikah

dengan siapa.

 

Menurut beberapa fersi tersebut di atas penulis berkesimpulan

bahwa Ratu Kalinyamat adalah Putri dari Sultan Trenggono (Raja Demak

ketiga) sebagai cucu dari raja Demak I (Raden Patah) yang nama aslinya

adalah Ratna Kencana dan menikah dengan Pangeran Hadirin.

Sedang nama kalinyamat itu sebenarnya merupakan sebuah nama julukan pada

suatu tempat, yaitu ibu kota Jepara pada waktu itu berada di daerah

Kalinyamatan. Baik nama Kalinyamat maupun kedudukannya sebagai ibu

kota kerajaan Jepara, tersebut dengan tegas dalam sumber sejarah Portugis

dalam bukunya yang terkenal “De Asia” Penulis Portugis Deige De Couto

telah menyebut kerajaan-kerajaan di pulau Jawa termasuk Jepara “Cuja

Cidede Principal Se Chama Cerinhama” yang ibukotanya bernama

Kalinyamat adapun mengenai kapan Ratu Kalinyamat lahir sampai sekarang

belum dapat dipastikan oleh ahli sejarah.

 

 

Namun di sini penulis akan mencoba mengira-ngira. Sebagaimana yang tertulis dalam buku Hari Jadi Jepara bahwa Sultan Trenggono lahir pada tahun 1483 dan wafat pada tahun 1546 dan dia naik tahta tahun 1524.6 Dari tahun ini dapat penulis ambil kesimpulan kira-kira kelahiran Ratu Kalinyamat tahun 1508 karena

tahun 1550 dia sudah mengadakan pertempuran dengan Portugis ke Malaka.

Kiranya kuranglah lengkap apabila sejarah Ratu Kalinyamat ini tidak disertakan pula asal-usul perkawinannya dengan Pangeran Hadirin.

 

Siapakah sebenarnya Sultan Hadirin ini? Karena dari sini akan menelurkan

legenda-legenda yang patut disimak oleh sejarah. Perihal ini ada beberapa

versi:

a. Menurut keterangan Prof. Veth, Pangeran Hadirin adalah putera Bupati

    Jepara. Setelah sepeninggalan Sultan Trenggono dia diberi wilayah Pati,

    Juana, Jepara dan Rembang

b. Menurut laporan komisi di Hindia Belanda untuk kepentingan

    kepurbakalaan di Jawa dan Madura tahun 1910 J. Knebel memberi

    keterangan bahwa Pangeran Hadirin adalah putera Cirebon, nama aslinya

    Raden Mu’min. dia berkelana dan tiba di Demak dan dia ingin mengabdi

    pada Raja Demak III (Trenggono). Permohonannya diterima dan

    akhirnya diterima sebagai menantu dan lama kelamaan diangkat menjadi

    Raja Kalinyamat.

 

2. Kepribadian Ratu Kalinyamat

 

Masyarakat Jawa Tengah khususnya adalah mengakui sosok Ratu

Kalinyamat adalah Raja yang besar karena nilai-nilai keluhurannya yang

memungkinkan menjadi tokoh panutan masyarakat:

a. Cinta tanah air, bahwa Ratu Kalinyamat telah berhasil mengantarkan

    Jepara kepada puncak kejayaan.

b. Patriotik dan solidaritas, keberaniannya menyerang Portugis di Malaka,

    dan kerjasamanya denga Raja Johor dan Aceh. Bentuk seperti ini jelas

    bentuk kerja sama yang patriotik dan solidaritas yang di milikinya.

c. Muslimat yang setia kepada suami, dengan kematian suaminya dia

    menjanda, padahal belum punya anak, dan di pusaran suaminya

    didirikan masjid yang sekarang dikenal dengan masjid kuno Mantingan.

d. Tabah hati menghadapi musibah, dengan kematian saudara dan

    suaminya dia dengan gigih menghadapi masalah yang tengah di hadapi

    dan dalam waktu yang sama dia mendapat ancaman dari Ario

    Penangsang, namun akhirnya dapat teratasi.

3. Kerajaan / Pemerintahan Ratu Kalinyamat

 

Sebagaimana yang telah penulis sebutkan di depan bahwa Sultan

Trenggono wafat tahun 1946. Di masa ini Sultan Hadirin telah memerintah

di wilayah Jepara, Pati, Juana, dan Rembang, namun pusat kerajaan tetap di

Demak yang dipimpin oleh Sultan Prawata, namun dia tewas tahun 1949

demikian pula Sultan Hadirin yang wafat dalam tahun yang sama dan demikian juga Ario Penangsang tewas pada tahun itu pula. Dari situlah Ratu Kalinyamat tidak membuang kesempatan pada tahun itu pula tampil sebagai Ratu Jepara dan tahun 1550 dia telah mengirim ekspedisi ke Malaka.

Pemerintahan Ratu Kalinyamat adalah simbol kepahlawanan seorang putri sebagai tokoh wanita abad ke-16. DR HJ DE Graff sejarawan Belanda yang banyak menggeluti sejarah Jawa dalam bukunya awal kebangkitan Mataram menulis bahwa Ratu Kalinyamat telah dua kali menyerang Portugis dan Malaka yakni pada tahun 1550 dan tahun 1574. Namun mengalami kegagalan dan Ratu masih tetap berkuasa dan terus berusaha mengadakan serangan lagi. Serangan yang kedua itu berkekuatan 300 kapal layar yang 80 buah diantaranya berukuran besar masing-masing berbobot 400 ton, serta sekitar 15.000 prajurit pilihan yang dibekali meriam

dan mesiu.

 

Dari data tersebut maka Ratu Kalinyamat pernah memiliki armada laut yang luar biasa besarya maka tak heran jika masa pemerintahannya daerah pesisir utara berada dalam kekuasaannya. Orang-orang Portugis juga mengakui kebesarannya. Dalam buku De Couto dia disebut “Rinha de Jepara Senhora Poderosa Erika” yang berarti Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa. Namun akhirnya, karena Ratu Kalinyamat tidak mempunyai keturunan sehingga mengambil anak angkat dari Banten, tibalah saatnya pada tahun 1579 dia wafat dan kerajaan diteruskan anak angkatnya yaitu Pangeran Jepara. Dia juga cukup perkasa namun tak sekuat ibu angkatnya hingga akhir tahun 1593 Mataram menyerbu Jepara dan tahun 1599 babat sengkala memberitahukan bedahe Jepara artinya jatuhnya Kalinyamat.

 

B.    Perselisihan Di Lingkungan Keluarga Kerajaan Demak

 

Peranan politik yang dilakukan oleh Ratu Kalinuyamat diawali ketika

terjadi kemelut di Istana Demak pada pertengahan abad ke-16 yang

disebabkan oleh perebutan kekuasaan sepeninggalan Sultan Trenggono.

Perebuta tahta menimbulkan peperangan berkepanjangan yang berakhir

dengan kehancuran kerajaan. Perebutan kekuasaan terjadi antara keturunan

Pangeran Sekar dengan Pangeran Trenggono. Kedua Pangeran ini memang

berhak menduduki tahta Kesultanan Demak. Dari segi usia, Pangeran Sekar

lebih tua sehingga merasa lebih berhak atas tahta Kesultanan Demak daripada

Pangeran Trenggono. Namun Pangeran Sekar lahir dari istri ke tiga Raden

Fatah, yaitu putri Adipati Jipang, sedangkan Pangeran Trenggono lahir dari

istri pertama, putri Sunan Ampel, oleh karena itu Pengeran Trenggono merasa

lebih berhak menduduki tahta Kesultanan Demak.

 

   Pangeran Prawata, putra Pangeran Trenggono, membunuh Pangeran

Sekar yang dianggap sebagai penghalang bagi Pangeran Trenggono untuk

mewarisi tahta Kesultanan Demak. Pembunuhan terjadi di sebuah jembatan

sungai saat Pangeran Sekar dalam perjalanan pulang dari shalat Jum’at. Oleh

karena itu, ia dikenal dengan nama Pangeran Sekar Seda Lepen. Menurut

tradisi lisan di daerah Demak, pembunuhan itu terjadi di tepi sungai Tuntang,

sedang menurut tradisi Blora, Pangeran Sekar dibunuh didekat sungai Gelis.

Pembunuhan ini menjadi pangkal peresengketaan di Kerajaan Demak. Arya

Penangsang, putra Pangeran Sekar berusaha menuntut balas atas kematian

ayahnya, sehingga ia berusaha untuk menumpas keturunan Sultan Trenggono.

Apalagi ia mendapat dukungan secara penuh dari gurunya Sunan Kudus.

Bagi lawan-lawan politiknya, Arya Penangsang dituduh telah banyak

melakukan kejahatan dan pembunuhan terhadap keturunan Sultan

Trenggono.

 

         Ia menyuruh Rangkut untuk membunuh Sultan Prawata. Sultan

Prawata terbunuh bersama Permaisurinya pada tahun 1549. Ia kemudian

membunuh Pangeran Hadirin, suami Ratu Kalinyamat. Pangeran Hadirin

berhasil dibunuh oleh pengikut Arya Penangsang dalam perjalanan pulang

dari Kudus, mengantarkan istrinya dalam rangka memohon keadilan dari

Sunan Kudus atas dibunuhnya Sultan Prawata oleh Arya Penangsang. Namun

Sunan Kudus tidak dapat menerima tuntutan Ratu Kalinyamat karena ia

memihak Arya Penangsang. Menurut Sunan Kudus, Sultan Prawata memang

berhutang nyawa kepada Arya Penangsang yang harus dibayar dengan

nyawanya. Arya Penangsang juga mencoba membunuh Adipati Pajang Hadi

Wijaya, menantu Sultan Trenggono.

 

       Kematian Sultan Prawata dan Pangeran Hadirin tampaknya membuat

selangkah lagi bagi Arya Penangsang untuk menduduki Tahta Demak.

Meskipun pembunuhan terhadap Sultan Prawata dan Pangeran Hadirin telah

berjalan mulus, namun Sunan Kudus merasa belum puas apabila Arya Penangsang belum menjadi raja, karena masih ada penghalangnya yaitu Hadi Wijaya. Atas nasehat Sunan Kudus, Arya Penangsang berencana membunuh Hadi Wijaya, namun mengalami kegagalan. Kegagalan itu mendorong pecahnya perang antara Jipang dengan Pajang

 

Peperangan antara Pajang dan Jipang tidak dapat terelakkan. Dalam

peperangan itu, Arya Penangsang memimpin pasukan Jipang mengendarai kuda jantan bernama Gagak Rimang yang dikawal oleh Prajurit Soreng. Adapun pasukan Pajang dipimpin oleh Ki Gede Pemanahan, Ki Penjawi, Ki Juru Martani. Pasukan Pajang juga dibantu oleh sebagian prajurit Demak dan Tamtama dari Butuh, Pengging. Dalam peperangan itu Arya Penangsang terbunuh.

 

Pertempuran dimenangkan oleh pihak Pajang dan Arya Penangsang

gugur. Rangkaian peristiwa pembunuhan para kerabat raja Demak hingga perang antara Pajang melawan Jipang itu dalam sumber tradisi terjadi pada tahun 1549. Hal itu merupakan anti klimaks dari sejarah Dinasti Demak

 

Setelah kematian Arya Penangsang, Retno Kencono dilantik menjadi

penguasa Jepara dengan Gelar Ratu Kalinyamat. Peristiwa perebutan kekuasaan di Demak itu disatu pihak telah memunculkan tokoh wanita yang memegang peranan penting dalam kesatuan keluarga kesultanan Demak, serta dalam bidang politik kewanitaan yang begitu menonjol. Sementara itu dipihak lain, memunculkan seorang tokoh baru atau Homonovus yaitu Sultan Hadi Wijaya.

 

 

Kemashuran kepemimpinan Ratu Kalinyamat sampai seluruh penjuru

nusantara, hal ini didasarkan dari berita Portugis yang melaporkan bahwa ada hubungan antara Ambon dan Jepara. Pemimpin pemimpin “Persekutuan Hitu” di Ambon ternyata beberapa kali meminta bantuan Jepara melawan orang Portugis dan juga melawan suku yang lain yang masih seketurunan, yaitu orang orang Hative,18 juga betapa besar kekuasan Ratu Kalinyamat nampak dari usahanya menyerang orang Portugis di Malaka pada tahun 1550 yang kemudian diulanginya pada tahun 1574. Menurut De Couro pada tahun 1550 Raja Johor menulis sepucuk surat pada Ratu Kalinyamat, mengajak ratu Jepara itu melakukan perang suci melawan orang orang Portugis di Malaka. Dalam surat itu Raja Johor juga menyatakan, di Malaka telah terjadi kekurangan bahan pangan.

 

Ratu Kalinyamat menjawab seruan itu dengan mengirim sebuah

armada yang kuat. Dalam serangan tersebut telah muncul 200 buah kapal besar dari negeri negeri Islam yang telah bersekutu menyerang Malaka, 40 buah diantaranya berasal dari Jepara, memuat 4 sampai 5 ribu orang prajurit. Armada itu dikepalai oleh seorang Panglima, seorang Jawa yang disebut dengan nama julukan “Sang Adipati”, seorang lelaki yang gagah berani

 

Ratu Kalinyamat diperkirakan memerintah hingga 1579. Penggantinya

adalah Pangeran Jepara, Putra angkat Ratu Kalinyamat. Sejarah Banten menyebutkan bahwa putra mahkota Jepara yang bernama Pangeran Aria atau Pangeran Jepara adalah putra angkat Ratu Kalinyamat, putra Raja Banten Hasanuddin. Pada masa itu pertahana Jepara mulai mengalami kemerosotan. Ratu Kalinyamat diperkirakan memimpin Jepara selama 30 tahun dimulai dari tahun 1549-1579, selama itulah setelah menjadi janda Ratu Kalinyamat dalam hidupnya digunakan mensejahterakan masyarakat Jepara dan melakukan dakwah Islam di wilayah Pantai Utara pulau Jawa.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar